Telah lama aku mengenalmu dan memulai berteman dekat denganmu
sewaktu kamu dipindahkan ke bagian **** (maaf saya edit, takut ketahuan teman
kantor) di lantai 2 dekat dengan ruang kerjaku. Semenjak itu pula kita semakin akrab,
dari hal-hal lucu, ngegosip sampai hal pribadi pun kita utarakan satu sama lain
(kata gaul nya sih curhat gitu). Namun semakin lama aku mengenalmu, tumbuh
gejolak cinta dalam dadaku ini. Walaupun aku tahu kamu telah memiliki seorang
pacar (aku mengetahui hal itu dikarenakan kita sering curhat bersama), tetapi
aku tidak bisa menahan perasaan yang aku miliki saat itu sampai sekarang, bahwa
aku menyukai kamu, Ayumi.
Hari ini bertambah pula pengalamanku bersamamu, suasana yang
kurasakan saat tadi di kantor benar-benar campur aduk; tegang, sedih, panik,
sakit dan akupun tidak bisa mengutarakannya secara pasti. Serasa bagaimana
gitu! Entah kenapa aku merasakan hal seperti itu sore tadi? Mungkin ini
dikarenakan aku melihat pekerjaan Ayumi sangat membludak (banyak banget),
benar-benar padat. Ingin rasanya aku menolongnya namun saat itu aku memang
memiliki pekerjaan yang memang perlu aku kerjakan; maklum pekerjaan yang aku
tunda-tunda dari kemarin. Apalagi ibu jarinya sedang luka di ujungnya antara
kulit dengan kuku. Mungkin dia kurang hati-hati sewaktu bekerja di rumahnya
kemarin malam. Miris hati aku melihat dia sedang meringis kesakitan sembari
memegang ibu jari kanannya itu. Dia pun menanyakan apakah aku atau teman lain
memiliki obat luka (betadine) untuk mengobati ibu jarinya? Aku mengatakan bahwa
aku dan teman lainnya tidak memiliki obat luka (betadine).
Jam waktunya makan siang pun datang sembari aku
menyantap mie kuah ditemani segelas teh hangat, aku pun berinisiatif untuk
membeli obat luka (betadine) tersebut. Segera aku meluncur ke apotik terdekat
dari kantor untuk membeli obat itu. Sesampai aku di kantor, ingin aku serahkan
kepada Ayumi agar segera diobati luka itu, tak disangka ada beberapa teman
kantor yang lagi bercengkerama di ruangan Ayumi, maklum masih jam istirahat
jadi teman-teman lagi asyik-asyik nya ngobrol. Selang beberapa menit, aku mau
serahkan obat itu malah Ayumi mengajak aku ngobrol lagi, saking asyiknya aku
ngobrol dengannya sampai-sampai aku lupa untuk memberikan obat luka (betadine)
itu kepadanya. Sampai dia menerima sms dari pacarnya yang tiba-tiba membuat
raut mukanya menjadi agak jutek, akupun sempat ragu-ragu untuk memberikan obat
luka (betadine) itu kepada Ayumi. Akhirnya aku memberanikan diri untuk
menawarkan obat luka (betadine) itu kepadanya. Dia pun berkata,”Tidak usah,
nanti dirumah saja aku obati.” Karena dia berkata seperti itu akupun segera
beranjak pergi dari ruangan Ayumi, aku takut membuat suasana menjadi lebih
tidak enak dan melanjutkan pekerjaanku dengan perasaan bertanya-tanya kepada
diriku sendiri.
No comments:
Post a Comment